Selasa, 05 April 2011

PT. BTDC memasarkan pariwisata sekaligus kebudayaan dan kesenian Indonesia




Sejarah Singkat Nusa Dua
Pulau Bali adalah sebuah pulau kecil yang luas wilayahnya + 5.632,86 km2 atau 0,29 % dari luas kepu­lauan Indonesia dengan jumlah penduduk + 3,5 juta, tidak memiliki hasil tambang, lahan pertanian yang terbatas, namun pulau Bali memiliki keindahan alam dan budaya yang sangat mempesona, yang telah dikenal, dikagumi oleh Dunia serta banyak pula di­kunjungi oleh wisatawan. Untuk meningkatkan taraf hidup penduduk Bali, salah satu usaha yang diharap­kan pada waktu itu adalah melalui pengembangan pariwisata.

Dalam rangka usaha pengembangan Pariwisata Bali, Pemerintah dengan bantuan UNDP pada tahun 1971 memprakarsai sebuah studi tentang Pariwisata Bali yang dilaksanakan oleh SCETO, sebuah konsultan dari Perancis.

Kawasan Pariwisata Nusa Dua lahir karena ke­butuhan objektif akan kamar yang bermutu, bagi wisatawan yang diperkirakan akan terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Salah satu dari reko­mendasi studi tersebut, menyarankan agar di Bali dibangun lebih banyak hotel bertaraf internasional, untuk menampung wisatawan asing. Pada waktu itu yaitu pada tahun 1975 di Bali, diperkirakan hanya ada 1800 kamar yang dibangun di Kuta dan Sanur, yang bertaraf Internasional, sedangkan menurut studi sampai tahun 1980 diperlukan sekitar 3800 - 4700 kamar hotel standard internasional.

Pola dasar rencana induk Pariwisata Bali, seb­agaimana direkomendasikan tim SCETO adalah suatu pembangunan ekonomi, dimana taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ditingkatkan tanpa mengorbankan nilai-nilai kebudayaan serta struktur sosial kehidupan masyarakat Bali dan lingkungan hidup.

Proyek Nusa Dua, sebagai bagian dari rencana in­duk pengembangan Pariwisata Bali, merupakan pem­bangunan suatu kawasan pariwisata dengan pemuki­man wisatawan secara terpusat, yang jauh dari pusat kehidupan sehari-hari masyarakat Bali pada umum­nya. Dengan demikian pengaruh langsung para wi­satawan, khususnya pengaruh negatif akan dapat di­tekan. Lahan yang memenuhi syarat ada di kawasan bukit, yaitu Nusa Dua, lahan yang tidak produktif, na­mun memiliki pantai dan berpasir putih yang indah, berpenduduk jarang dan sangat dekat dengan Ban­dar Udara Ngurah Rai. Letak lahan tersebut, terpisah dari masyarakat tradisional Bali.

Melalui pendekatan tersebut, sebagaimana dijelaskan diatas, diharapkan kebutuhan akan ka­mar yang terus meningkat bisa dipenuhi, sekaligus kebudayaan Bali sebagai daya tarik utama Pariwisata bisa tetap dilestarikan. Disamping itu daerah Nusa Dua lebih mudah dikembangkan karena tanah yang tersedia cukup luas dan penduduknya jarang. Curah hujannya relatif kecil dan tidak ada sumber air per­mukaan, sehingga tanahnya tidak subur untuk per­tanian. Pertimbangan yang tidak kalah pentingnya adalah Nusa Dua mempunyai pemandangan alam menarik dengan pantai berpasir putih, air laut yang jernih dan pantai menghadap ke Timur menyong­song terbitnya matahari pagi.

Lokasi akomodasi/hotel sebagai salah satu kom­ponen pokok kawasan disarankan di daerah Badung bagian Selatan, dekat dengan Airport Ngurah Rai dan lebih mudah memperoleh pelayanan utilitas dan ke­mudahan-kemudahan lain dari pusat kota Denpasar, ketimbang daerah Karangasem dan Bali Barat.

Kawasan Pariwisata dipersiapkan dengan pemanfaatan secara ekonomis tanah yang tersedia, tanpa mengganggu lingkungan, sementara prasarana dan sarana dimanfaatkan secara optimal dalam rang­ka pembangunan hotel dan fasilitas wisata lainnya.

Lokasi hotel adalah sepanjang pantai dengan pusat kegiatan Amenity Core yang dibangun sesuai pedesaan Bali dengan halaman yang luas dan arsitek­tur yang khas.

Dalam rangka pengembangan proyek Nusa Dua sebagai Kawasan Pariwisata terpadu terdapat 3 kom­ponen pokok, yaitu penyediaan Prasarana dan Sa­rana, peningkatan jalur – jalur jalan menunju daerah – daerah yang akan dikunjungi wisatawan dan pen­ingkatan jalur – jalur jalan menuju daerah – daerah yang akan dikunjungi wisatawan.

Kebijaksanaan Pemerintah
Pembangunan sektor pariwisata bukan meru­pakan pembangunan yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan pembangunan di sektor-sektor lain, karenanya untuk pelaksanaan pembangunannya perlu pembuatan perencanaan yang terencana dan terpadu. Sebagai tindak lanjut dari rekomendasi dalam Master Plan Pariwisata Bali, Direktorat Jenderal Pariwisata dengan bantuan UNDP menyiapkan Mas­ter Plan Kawasan Nusa Dua. Master Plan tersebut dibuat oleh Pacific Consultant International (PCI) dari Jepang bekerjasama dengan Konsultan Indone­sia pada tahun 1972.

Pembentukan PT. BTDC
Dalam rangka pelaksanaan rencana Nusa Dua, se­bagai Kawasan Pariwisata telah dibentuk suatu Badan Usaha yaitu PT. Pemgembangan Pariwisata Bali (Per­sero) atau lebih dikenal dengan Bali Tourism Develop­ment Corporation (PT. BTDC), yang bertujuan utama menyelenggarakan tersedianya prasarana dan sarana, mengundang investor untuk membangun hotel serta mengelola dan memelihara Kawasan Pariwisata Nusa Dua. Disamping itu dibentuk Badan Pengembangan Rencana Induk Pariwisata Bali (BPRIP) dengan tugas konsultasi dan koordinasi dengan PP. No.27 tahun 1972 dan PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) atau Bali Tourism Development Corporation (PT. BTDC).

Maksud, Tujuan dan Sasaran Pembangu­nan
Mencerminkan karakteristik standard internasi­onal berskala tinggi bagi semua fasilitas yang diren­canakan terutama, prasarana peningkatan kwalitas estetik kawasan terutama landscapnya, serta budaya dan daya tarik pemandangan Bali yang unik. Serta dibangun sebagai kawasan pariwisata skala internasi­onal dengan cara, mengundang partisipasi hotel yang memiliki jaringan pemasaran internasional, menyaji­kan daya tarik yang unik dari Bali, melalui pengadaan festival Budaya dan sarana hiburan lainnya serta men­ciptakan panduan yang serasi dalam pengembangan kawasan yang tercermin dalam aneka ragam sarana-sarana yang disajikan maupun dengan menumbuh­kan suasana yang aman dan nyaman.

Preservasi dan perlindungan terhadap pohon kelapa merupakan ciri khusus dan vegetasi utama di kawasan ini. Mengatur variasi daerah konsesi yang cukup luas melalui penataan yang serasi antara lain :

a). Mencerminkan suasana lokal ke dalam desain sarana, seperti ciri-ciri arsitektur tropis dan kon­sep ruang tradisional Bali.

b). Menata jalinan transportasi dengan kendaraan lambat seperti dokar dan kendaraan serupa dengan jalan khusus

c). Menyediakan Amenity Core untuk menam­pung aktivitas sosial dan rekreasi

d). Mencegah dampak negatif seperti kepadatan kamar hotel dan urbanisasi yang berlebihan demi tetap terpeliharanya latar belakang alam dan budaya Bali..

e). Fleksibilitas di dalam Master Plan kawasan un­tuk memungkinkan pemenuhan kebutuhan masa depan seperti sarana-sarana baru dan se­bagainya.

f). Perencanaan keselamatan lingkungan menyelu­ruh dalam rangka menghadapi keadaan daru­rat.

Konsep Pengembangan Nusa Dua
  1. Kawasan Pariwisata Nusa Dua adalah meru­pakan bagian dari pelaksanaan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Bali.
  2. Pemusatan pengembangan mempunyai maksud untuk memudahkan pelaksanaan dan pengawasan.
    Efisiensi operasional untuk semua infrastruktur dan fasilitas umum.
  3. Lahan disewakan kepada investor dengan Hak Guna Bangunan untuk jangka waktu 30 tahun dan dapat diperpanjang 20 tahun lagi.
  4. Peraturan tata ruang menetapkan ketentuan fisik konstruksi antara lain :
    a. Tinggi bangunan maksimum 15 meter
    b. Batas sempadan antara bangunan dan pantai
    c. Perbandingan antara luas lahan dan
  5. Pembentukkan Design Committee dengan tujuan untuk mengevaluasi dan mengarahkan disain bangunan/hotel.
Design Committee
Telah dibentuk Design Committee yang meliputi para arsitek dan pakar-pakar pembangunan hotel demi terciptanya citra Bali dalam segala desain arsi­tektur serta manifestasi seni budaya. Konsep desain bertujuan utama tanpa mengurangi segi komersiil dan mewujudkan suatu “wajah khas Bali” yang me­nyatu dengan arsitektur dan budaya Bali.

Filsafat Pembangunan
Mutlak dipersyaratkan bahwa Kawasan Pariwi­sata berfungsi sebagai suatu kesatuan yang serasi dan menyeluruh dengan dilengkapi berbagai unsur-unsur lain, sesuai yang direncanakan dan berfungsi sebagai pelengkap. Hanya melalui pendekatan yang demiki­an dapat dijamin terpeliharanya suatu penampilan serta pelayanan bermutu tinggi serta penerapan de­sain arsitektur yang peka ke dalam seluruh sarananya.

PT. BTDC Nusa Dua mengelola kawasan seluas kurang lebih 350 Ha, yang semula tanah tandus dan tidak produktif, menjadi kawasan pariwisata yang menarik di Bali. Kawasan ini bahkan telah terkenal di Manca Negara sebagai salah satu dari 6 kawasan pariwisata yang terbaik di dunia. Pembangunan prasarana kawasan Nusa Dua dilakukan oleh PT. BTDC dengan sumber pembiayaan yang dipinjam dari World Bank sesuai aprraisal yang di buat pada bulan Mei 1974. Pinjaman World Bank telah dilunasi oleh PT. BTDC lebih awal dari berakhirnya waktu pelunasan pinjaman.

Tahapan (Fase I) pembangunan Kawasan Pariwi­sata Nusa Dua sebagai berikut :

1976 – 1979
Pembangunan kontruksi dan Infrastruktur Kawasan Pari­wisata Nusa Dua

1978
Pembangunan Sekolah Pariwisata (BPLP) Balai Pendidi­kan dan Latihan Pariwisata (Hotel and Tourism Management Training Center) dan Training Hotel (Hotel Bualu), sekarang STP Bali.

1981 – 1983
Hotel Pertama yang dibangun adalah Nusa Dua Beach Hotel, oleh investor Garuda Indonesia, melalui anak perusa­haan Aerowisata.

1985 – 1987
Membangun 3 hotel :

• Hotel Putri Bali, Hotel milik Pemerintah yang berada di bawah PT. HII, sekarang PT.Hotel Indonesia Natour (HIN)
• Melia Bali Sol, yang merupakan investor asingyang be­rasal dari Spanyol, sekarang Melia Bali Resort, Villas & Spa.
• Club Med, yang juga merupakan sebuah investasi as­ing asal Perancis.

1987
Mereview dan mengupdate kembali Master Plan Ka­wasan Pariwisata Nusa Dua.

1991
Membangun 4 International Hotel Chain :

• Nusa Indah Hotel & Convention Center, sekarang Ho­tel Westin Resort dan Bali International Convention Centre (BICC).
• Sheraton Lagoon, sekarang Laguna Resort.
• Grand Hyatt Bali. Bali Hilton, sekarang Ayodya Resort.
• Bali Golf & Country Club
• Galleria Nusa Dua (Amenty Core), sekarang menjadi Pusat Perbelanjaan Bali Collection dengan dilengkapi sebuah Sogo.
• Pusat Pertunjukkan/Gedung Pertunjukkan
• Amphitheatre.
Bali Desa Service Apartment.

2000
• Lawn Bowling (Bowling Padang Rumput)

2004
Kayu Manis Villas and Spa

2006
Asia Pacific Museum Art
• Victus Life (Anty Aging)

2007
• Novotel – Accor Nusa Dua Bali Hotel & Resident.
• Krya Spa PT. Wyancor Bali / Grand Hyatt Nusa Dua
• PT. Great Balloon Indonesia (GBI)

2008
• ST. Regis Nusa Dua


Sumber : www.balinusaduaresort.com

STRATEGI PEMASARAN POCARI SWEAT

Yoshihiro Bando : 
Dengan Strategi Pemasaran yang Konsisten Pocari Sweat Meraih Sukses

JAKARTA – Minuman dengan rasa khas yang dikemas dalam kaleng, Pocari Sweat bukanlah suatu nama yang asing di telinga orang Indonesia. Di setiap sudut tempat belanja kebutuhan sehari-hari tersedia minuman ini, mulai dari pedagang kaki lima yang menjajakannya di pinggiran jalan, kios-kios dan toko-toko kecil di pasar sampai pusat perbelanjaan mewah berupa mal.
Filosofi pemasaran minuman kesehatan yang mengandung isotonic ini, ingin menjangkau tidak saja masyarakat kelas bawah yang hidup di pinggiran kota atau di kampung-kampung tetapi juga masyarakat kelas atas yang suka mendatangi mal-mal dan supermarket.
“Pocari Sweat mulai memasuki pasar Indonesia tahun 1990. Pertama kali masuk ke Indonesia hanya 30.000 kaleng setahun,” kata Yoshihiro Bando. Inipun harus didatangkan dari pabrik minuman Pocari Sweat di Korea Selatan.
Namun mulai tahun 1991, Perusahaan Otsuka Pharmaceutical, sebuah perusahaan farmasi di Jepang yang menjadi produsen minuman Pocari memutuskan untuk berinvestasi di Indonesia dengan nilai investasi awal US$ 6 juta. Otsuka Pharmaceutical di Indonesia memiliki enam anak perusahaan dan salah satunya yakni PT Amerta Indah Otsuka (AIO) sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis minuman kesehatan dengan merek Pocari Sweat.
Pada tahun 1991, AIO mendirikan pabrik di Lawang (Malang, Jawa Timur) yang memproduksi minuman Pocari. Pada waktu itu pabrik memiliki kapasitas produksi 7 juta kaleng per bulan.
Pabrik di Lawang beroperasi selama 13 tahun (1991- 2004), pada bulan Januari 2004 diputuskan memindahkan pabrik ke Sukabumi. Pertimbangannya untuk lebih menekan biaya produksi dan transportasi serta memberikan kemudahan penyediaan bahan baku. Pabrik penghasil minuman Pocari di Sukabumi saat ini telah mampu memproduksi 14 juta kaleng per bulan yang menyerap 150 pekerja.


TINGKATKAN PRODUKSI                                                                                                
 

AIO sedang menginvestasikan lagi dana US$ 2 juta untuk menambah kapasitas produksi melalui pembangunan pabrik baru sehingga nantinya kapasitas produksi mencapai 28 juta kaleng per bulan dengan jumlah pekerja bisa meningkat menjadi 170-180 orang.
Pembangunan pabrik yang lokasinya berada disamping pabrik lama ini memang bertujuan memenuhi target perusahaan yang menghendaki pasar Indonesia bisa menyerap 150 juta kaleng sampai akhir tahun ini. Pada tahun 2004, AIO telah berhasil memasarkan 103 juta kaleng dan pada tahun 2006 menargetkan setiap orang Indonesia mengkonsumsi satu kaleng Pocari Sweat per tahun sehingga penjualan akan mencapai 230 juta kaleng.
“AIO sebenarnya mengalami kerugian selama lebih dari 10 tahun dan mulai tahun 2002 baru memperoleh keuntungan,” kata Yoshihiro yang sudah cukup lancar berbahasa Indonesia setelah 5 tahun tinggal di Indonesia. Tetapi untuk menutup kerugian ini AIO mengekspor minuman Pocari ke negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. “Lonjakan penjualan tertinggi terutama terjadi pada masa krisis karena melemahnya mata uang rupiah menyebabkan harga minuman ini terlampau murah sehingga banyak importir ilegal yang mendatangkan produk ini ke negaranya,” ujar Yoshihiro.
Sejak tahun 2002 AIO hanya memasarkan minuman Pocari di Indonesia tetapi kebijakan ini akan diubah. Hal ini untuk menghapus kesan bahwa produk yang dihasilkan di Indonesia kurang berkualitas.
“Dalam waktu dekat kami akan menghapus label yang menyatakan produk minuman ini hanya dijual di Indonesia, ini sejalan dengan kebijakan perusahaan Otsuka di Jepang,” ujarnya.
Kebijakan ini untuk menekankan pada konsumen bahwa seluruh produk minuman Pocari memiliki standarisasi di semua negara. Strategi pemasaran dengan memberikan edukasi yang konsisten sangat penting bagi para konsumen.
Sebagian besar produk AIO untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri, namun dengan peningkatan kapasitas produksi sebesar 28 juta kaleng per tahun maka Indonesia akan dijadikan pusat bagi distribusi produk minuman ke negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
AIO sendiri juga menjajaki pengembangan merek-merek baru mengingat di Jepang Otsuka memiliki banyak merek yang bisa diperkenalkan ke pasar Indonesia. “Jika nanti penjualan Pocari Sweat sudah mencapai 230 juta per tahun kami akan mulai melakukan ekspansi pasar dengan memperkenalkan produk-produk baru,” tandasnya.



 

MINUMAN ISOTONIK
 

Pada tahun 2004 pernjualan minuman Pocari Sweat meningkat pesat hal ini terkait dengan banyak kasus penyakit demam berdarah yang melanda Indonesia. Banyak dokter yang menganjurkan minum Pocari Sweat sebagai pengganti cairan tubuh yang telah hilang. Sebenarnya minuman isotonik tidak saja diperlukan oleh orang yang sedang sakit tetapi tubuh manusia sehabis melakukan aktivitas selama 24 jam pasti ada cairan tubuh berkurang dan ini bisa digantikan dengan minum minuman yang mengandung isotonik.
Edukasi pentingnya hidup sehat ini terus menerus dilakukan oleh AIO sebagai bagian dari strategi pemasaran agar produk-produnya semakin dikenal dan diterima masyarakat baik melalui promosi di berbagai media massa, seminar maupun melakukan kegiatan sponsor. Edukasi melalui medical channel juga telah ditempuh dengan bantuan para dokter yang memberi edukasi pada masyarakat bahwa sehabis aktivitas manusia kehilangan cairan tubuh.
Persaingan dalam bisnis minuman isotonik ini di Indonesia boleh dikatakan tidak ketat karena selain AIO praktis tidak ada pemain lain yang signifikan. Di Jepang, Pocari Sweat pun menjadi market leader dalam minuman kesehatan. “Pocari Sweat merupakan minuman yang dibuat dengan cita rasa Asia sehingga fokus pasar kamipun negara-negara di kawasan Asia,” ungkapnya.

Ia menjelaskan pola umum berbagai kemajuan baik iptek maaupun pengetehuan yakni trend yang terjadi tidak terkecuali minuman kesehatan di Jepang lalu berkembang di negara-negara seperti Taiwan, Hong Kong dan Korea.
Setelah itu baru masuk ke negara-negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia dan Filipina. Setelah itu masuk ke pasar Indonesia atau Thailand dan yang terakhir baru memasuki negara-negara Asia Tenggara yang lain seperti Myanmar, Laos dan Vietnam.
(SH/sigit wibowo/danang jm)


Sumber : www.sinarharapan.co.id

Selasa, 29 Maret 2011

nulis apa aja boleh

She talks like wind, when she walks she swinging
I wrote her name in the line of my stories
I know she would understand what I'm saying
She left her bag in her home
Cause she knows she won't need it now


Oo.. when she's down and when she's sad
She pretend, she pretend..
To smile uuh..


White chocolate bars is melting in her pocket
I took a bite before she put it away
She like my hair as much as like her
She left a post it note in my hand
Cause she knows I will read it then


Oo.. when she's down and when she's sad
She pretend, she pretend..
To smile uuh..


Oo.. when she's down and when she's sad
She pretend, she pretend..
To smile uuh..

CASCADE - SHE PRETEND